KOMPLEKS Percandian Muaro Jambi yang di dalamnya
tersimpan lebih dari 80 reruntuhan candi dan sisa-sisa permukiman
kuno dalam rentang abad IX-XV Masehi. Meskipun belum sepopuler
candi lain di Pulau Jawa, situs purbakala yang diyakini juga
sebagai salah satu pusat pengembangan agama Buddha di masa
kejayaan Kerajaan Sriwijaya ini merupakan aset yang dapat
dimanfaatkan di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata,
sosial, agama, dan ekonomi.
Situs purbakala ini membentang dari barat ke timur di tepian
Sungai Batanghari sepanjang 7,5kilometer.Kompleks percandian ini dapat
ditempuh melalui darat dan sungai dengan jarak dari Kota Jambi
sejauh 30 Km. Dari sekitar 80 reruntuhan candi yang sudah
diketahui, yang oleh masyarakat setempat disebut menapo, baru
sebagian kecil yang sudah dipugar. Berdasarkan sisa-sisa
reruntuhan yang ada, sebuah bangunan menggunakan batu merah.
Candi-candi yang sudah dibangun dan bisa dikunjungi wisatawan adalah Candi
Vando Astano, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu,
Candi Gedong 1, Candi Gedong 2, dan kolam Talaga Rajo. Juga
terdapat Kanal-Kanal Tua yang mengelilingi komplek Percandian ini. Lokasinya tersebar di Desa Muaro Jambi,
Kemingking Dalam, dan Danau Lamo.
Pemprov Jambi telah menyusun master plan
pengembangan situs candi Muaro Jambi dan berikut Design Engineering
(DED) detail untuk menentukan Restorasi Pengembangan Situs tersebut
sebesar lebih kurang 12 triliyun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar