Rabu, 23 April 2014

Tari Sekapur Sirih, Jambi

Bagi orang sukses canangan dalam kehidupan adalah berbuat. Tak perlu menjadi sempurna berbuat/berbagi. Lakukan sekarang dan biarlah waktu yang akan menyempurnakan. Akan datang waktunya ketika kita nantinya akan bisa memperbaiki dari segala kekekurangan kita.















Senin, 21 April 2014

CANDI MUARO JAMBI


KOMPLEKS Percandian Muaro Jambi yang di dalamnya tersimpan lebih dari 80 reruntuhan candi dan sisa-sisa permukiman kuno dalam rentang abad IX-XV Masehi. Meskipun belum sepopuler candi lain di Pulau Jawa, situs purbakala yang diyakini juga sebagai salah satu pusat pengembangan agama Buddha di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya ini merupakan aset yang dapat dimanfaatkan di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, sosial, agama, dan ekonomi.
Situs purbakala ini membentang dari barat ke timur di tepian Sungai Batanghari sepanjang 7,5kilometer.Kompleks percandian ini dapat ditempuh melalui darat dan sungai dengan jarak dari Kota Jambi sejauh 30 Km. Dari sekitar 80 reruntuhan candi yang sudah diketahui, yang oleh masyarakat setempat disebut menapo, baru sebagian kecil yang sudah dipugar. Berdasarkan sisa-sisa reruntuhan yang ada, sebuah bangunan menggunakan batu merah.
Candi-candi yang sudah dibangun dan bisa dikunjungi wisatawan adalah Candi Vando Astano, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Gedong 1, Candi Gedong 2, dan kolam Talaga Rajo. Juga terdapat Kanal-Kanal Tua yang mengelilingi komplek Percandian ini. Lokasinya tersebar di Desa Muaro Jambi, Kemingking Dalam, dan Danau Lamo.
Pemprov Jambi telah menyusun master plan pengembangan situs candi Muaro Jambi dan berikut Design Engineering (DED) detail untuk menentukan Restorasi Pengembangan Situs tersebut sebesar lebih kurang 12 triliyun.